Comments

  1. Keith Barney says:

    “….many grandiose casinos just beyond Thailand’s borders, mainly Thai-owned and with a largely Thai clientele (locals are not allowed)”

    – just as a point of interest, at least in some casinos in Laos (e.g, the Savan Vegas casino in Savannakhet, which attracts a clientele largely from Isan), Lao nationals are allowed to play the slot machines but not gamble at the tables.

    – Keith

  2. Petrus Bobii says:

    apapun commentnya,dan apapun tanggapannya boleh boleh saja, namun perlu pahami adalah perkembangan politik diera Orba dan perkembangan politik diera reformasi,karena diera orba hampir saja beberapa daerah terlepas dari NKRI namun bersyukur saja Timor Leste sendirilah yang terpisah dg NKRI sedangkan Papua dan Aceh masih bertahan pada karakter kebijakan negara yang bersikap Otoritarian tsbt,sehingga Eduward Aspinail selaku akademisi mengkhawatirkan jangan sampai NKRI kembali pada sistim demokrasinya diera orba.

  3. Daus_Aristotle says:

    This will be an interesting forum, both are from the opposition who have been constantly championing State rights. Federal-state relation is always bound to challenges and contestation over line of authority. Though the jurisdiction of state and federal is already clearly stipulated in Federal Constitution, of course there are some issues arise due to some ambigious administrative jurisdiction. This issues can be sorted out through federal-state diplomacy. leadership plays very important role to ensure state rights are not compromise. Surely there are shortcoming dealing with this issues but this does not mean that next best option is secession? the notion of succession is just a cheap political pretext to garner short term support, justl look at timor leste and pakistan, succession only benefits the elite and people are suffering.

  4. Ken Ward says:

    This post is very reassuring. Australia should have no difficulty in adapting to the Asian Century, for some of our most learned citizens are clearly capable of penning magnificent tributes to departing Asian leaders that can match any eulogy composed in elegant Persian or Urdu verse by a Mughal court poet, a final message scribbled in blodd by a kamikaze pilot about to immolate himself to ensure the preservation of Tenno Heika or the larger-scale opus of a Javanese poet-chronicler like Prapanca. He completed the Nagarakertagama on 30 September 1365,thereby fulfilling the task of “consecrating the legend of Great Majapahit and the God-blessed despotism of Hayam Wuruk”. Let us now join the author in consecrating the God-blessed democratic rule of SBY.

  5. Jornot says:

    Pak Prabowo di didik di berbagai negara, dimana setiap negara punya perspektif tersendiri terhadap Indonesia. Menghadapi kenyataan itu justru pak Prabowo harus punya prinsip ke-Indonesia-an. Mr. Aspinall lupa, kita semua yang sudah hidup 30 tahun lebih di Indonesia merupakan produk Orde Baru. Pak Prabowo dan Pak Jokowi sama-sama hasil produk ordr baru, paling tidak hasil dari sistem pemerintahan dan sistem pendidikan orde baru. Begitu menurutku!

  6. Tukang Mie Ayam says:

    Jokowi ga punya cacat politik masa lalu spt Prabowo, tp Jokowi jg ga menunjukan sikap “tegas” selama beliau menjadi walkot atopun gubernur atopun di saat beliau berkampanye saat ini.
    Jika di minggu2 terakhir ini Jokowi lebih menunjukan ketegasannya thd pemberantasan korupsi, penolakan thd exploitasi bangsa asing, revolusi birokrasi, dsb, ini akan mendongkrak citra dan rating nya di 9 juli esok.
    Black campaign dan hujatan bersifat sara byk org ke Jokowi malah akan menjadi bumerang bg Prabowo.
    Ada org (termasuk saya) ragu memilih Jokowi krn kekurang tegasan beliau dan “Ibu Peri” penunggang banteng di belakang nya.
    Dana ada pula org (termasuk saya lagi) yang ragu memilih Prabowo karena “warisan kelam” beliau serta konco-konco dibelakangnya, yg menyokong dan membela beliau habis-habisan, sebut saja; “kuncen pohon angker,” “kuncen sapi impor,” dsb, yg mana konco-konconya tsb sgt bertolak belakang dgn salah satu program pemberantasan korupsi beliau.Tetapi di satu sisi ketegasan dan kecakapan diplomasi beliau sy berikan apresiasi.

    Saya bukan ahli politik atau pegawai kantoran, hanya tukang mie ayam, wong cilik yg pingin dagang enak, tentrem, dan maju. Jadi bs jd tulisan sy ini salah dan byk krg nya. Tp dsini sy mau menyimpulkan:
    1. Pemilu 2014 adalah pemilu terpanas yg pernah sy alami dan cukup membingungkan krn sy hrs memilih “yang terbaik di antara keduanya yang terburuk.”
    2. Dream leader sy saat ini (walaupun tdk mungkin) adalah PRABOWO-JOKOWI atau sebaliknya. Jokowi TANPA PDIP-nya dan Prabowo TANPA GERINDRA-nya.Prabowo dgn kekuatan TEGAS & DIPLOMATIF nya dan Jokowi dgb kekuatan CERMAT & MERAKYAT nya. Jika keduanya mencalonkan jd capres-cawapres saat ini, tanpa partai penyokong dan sambil merem pun rakyat bakal milih.
    3. Jika point kedua byk yg sesuara dgn saya, dan hal “yg tidak mungkin” ini bs terjadi, berarti qta sdh mendapatkan pemimpin/capres-cawapres yg tdk egois,bener2 mau denger aspirasi suara rakyat, dan mungkin bs jd menjadikan negara ini macan asia ( yg sebelumnya sy g pernah ngerasa kalo negara/bangsa ini prnah dpt sebutan spt itu).

    Mohon maaf kalo ada kata yg tak berkenan.

    Hidup Indonesia, Maju terus tukang Mie Ayam

  7. Gassa says:

    Gosh it make me feel sick!!!
    Thankfully I don’t have id card so i won’t choose anyone
    HA..HA..HA

  8. jesse says:

    Saya setuju dengan yng tulis artikel ini…kalo lihat sejarah Mantan presiden Habibi dan Pangab saat itu Wiranto melakukan aksi yng tepat kalo ngk Negara ini akan berdarah darah….Prabowo tidak punya apa2 dan tidak punya prestasi. Coba lihat sekarang orangnya emosi banget coba tanya emang dia mengerti ekonomi emang mengerti artinya pengangguran jelas tidaklah dia dari berasal dari militair.Program apa yng ditawarkan juga prabowo uda pasti tidak dijalankan untuk bisa membantu rakyat apalagi uda bagi kursi segala macam…. pokoknya Kalo mo bikin indonesia jadi macan asia berbaiki dulu apa yng ada di negeri kita….

  9. Monique says:

    Now that SBY has been declared Allah’s gift to Indonesia, or at least to the Javanese, what on earth will he do with his free time ? Elder Statesman like LKY or Elder Pain in the Ass like TDM ?

  10. Harryadin says:

    And this is coming from ANU researcher? He overlooks the most important fact that Jokowi was fully endorsed and funded by Prabowo when running for Jakarta governatorial in 2012. And none of Jokowi’s current circle supported him at that time, not even his own party (which has agreed to support the ‘corrupt’ incumbent).

    Then, tell me in what way does Prabowo is a threat to our democracy?

    I say it is the other way around.

  11. Bram says:

    Prestasi Prabowo di era reformasi itu banyak. Salah satu yg sangat menonjol adalah membentuk Partai Gerindra sehingga berhasil menduduki peringkat 3 nasional & kader pemimpin di bbrp daerah. Prestasi yg tidak seksi mata media adalah membeli perusahaan yg nyaris bangkrut agar tdk dibeli asing & ikut andil dlm pembebasan TKW yg nyaris dihukum mati di Malaysia, Wilfrida. Ia jg berhasil membawa Tim Pencak Silat RI juara di tingkat dunia.

    Komentar saya ttg kekhawatiran negara akan dibawa ke jaman otoriter kembali, itu komentar yg berlebihan. Prabowo seringkali berkata bhw dia terlalu cinta negaranya. Dia jg berasal dari garis keturunan pejuang. Kakek & pamannya adalah pejuang2 yg sangat dihormati. Krn alasan itulah sangat tdk masuk akal bhw dia mau menghancurkan negaranya sendiri & membuat malu keluarga besarnya dgn pemerintahan bergaya otoriter. Selain itu, pilar demokrasi di negara ini sdh semakin kuat dgn peran serta media sosial, pers, LSM, & berbagai lembaga pengontrol kinerja pemerintah yg sangat aktif. Masyarakat dgn gampang dpt melakukan kontrol sosial yg kuat bersama dunia pers yg begitu bebasnya. Seorang presiden tdk akan berani melawan kedaulatan rakyat yg disimbolkan dgn media2 itu.
    Ditambah lagi, Prabowo didukung oleh mayoritas partai Pemilu. Jika akan bergaya otoriter, ia akan tidak didukung oleh mayoritas partai itu. Ini sama artinya ia tdk akan dapat legitimasi kuat & bisa dgn cepat diturunkan di tengah jalan.

  12. Esther says:

    Given the history of 1998 (and Prabowo’s involvement in instigating it – which he hasn’t denied), the 2014 election can indeed be a make or break question in some families. My family is ethnically Chinese and many of my cousins, uncles and aunts had to escape the country in 1998 (and some, especially the young women, stayed overseas for some years). Some almost got killed. Some hid in attics. And i believe there are worse stories that my parents have refused to tell us kids about. So when a non-chinese member of the family who is connected by marriage mentioned that they might vote for Prabowo, we were utterly shocked. More shocking was when they refused to listen to our explanation of why it was shocking. This created one of the worst family crises we’ve had. Also, given the mass rapes of 1998, as a woman it was difficult for me to accept that someone in the family didn’t seem to care about what happened. It’s almost (though not of the same magnitude of course) like being Jewish and finding out that someone in the family wants to vote for a former Nazi turned people’s man. Though I wonder what the family discussions would look like if Jokowi wasn’t running and the only other candidates were Bakrie or some other worse candidate…

  13. DJH0614 says:

    Artikel yang menarik, kebetulan saya menulis artikel: Siapa dan mengapa mendukung Prabowo?, silahkan dibaca di.
    http://m.kompasiana.com/post/read/662157/2/who-are-prabowos-die-hard-supporters.html

  14. Arti says:

    Totally agree ….. somehow bead ORBA still there ….. never trust the promises …. and I sure as hell would not DARE Prabowo and heart to punish corruptors OFF in countries like China have their own representatives is still a question mark ….?? realistic alone ….

  15. Agum says:

    Uuut, there is no evidence that other countries fear Indonesia to become the leader of Asia, because it is still sick. Look at the government’s deficit, for instance. Please check your references. The interests that the other countries have revolve around stability in the region. Sick leader would lead to wrong decisions that may threat the region’s stability.

  16. Agum says:

    Saya kecewa dengan begitu banyaknya orang yang fanatik dengan Prabowo. Apapun istilahnya, diberhentikan atau dipecat, yang jelas Prabowo terlibat penculikan. Dia adalah produk orde baru. Kalimat yang dipakai Prabowo juga anti-demokrasi. Misalnya, Prabowo mengatakan “saya jamin kebebasan pers”. Kebebasan pers harus dijamin UU bukan perorangan. Ini bahasa orde baru yang kental dengan feodalisme dan anti-demokrasi: kamu bisa begitu karena saya yang jamin.

  17. Chris Beale says:

    Scott Hip-sher – the junta could manage Thailand’s economy well. They’re taking advice from Somkid who was Minister of Finance in Thaksin’s first government, and other technocrats. Given that military governments, or military-back governments lifted Thailand out of dire poverty, it’s not impossible they will perform well economically, despite corruption. This model has worked very well in other parts of Asia. Indeed the junta is already performing well by scaling back Yingluck’s vastly over-blown infrastructure schemes – eg. down-grading Thaksin’s high-speed train network, for a more viable improved rail system.

  18. aan says:

    Saya sebenarnya masih bingung mau pilih siapa, tapi koq artikel ini ga adil banget ya dalam pemberitaannya terhadap Prabowo? Jokowi si bagus ya, tapi koq kenapa Jokowi harus blackcampaign segitunya sih sama Prabowo? Jujur saya jadi bingung, tadinya saya mau milih Jokowi, tapi gara2 membaca artikel ini, saya jadi ragu, ragu bukan terhadap Jokowinya, tapi ternyata orang2 di belakang Jokowi itu seperti apa… Itu yang membuat saya ragu.kenapa sih kepolosan Jokowi harus dikotori oleh hal2 semacam ini?. Saya benar2 tdk suka dgn blackcampaign. Dan Jokowi seringsekali melakukannya terhadap Prabowo. Bukan Jokowinya tapi orang2 dibelakangnya yg mungkin memiliki banyak kepentingan. Hmmm, jadi ragu saya… Apa jangan2 sebenarnya keraguan saya selama ini kpd Prabowo tdk beralasan? Mungkin saya akan solat istikharah dulu.

  19. Andry says:

    Kita sebagai warga negara saatnya menjadi pemilih yang pintar… Kedua caprea punya kelebihan dan kekurangan masing2… Tp secara raalitas,koalisi partai Pak prabowo adlah koalisi partai2 yg penuh korupsi dan berlindung,sementara koalisi Jokowi,partai2 yang sejauh ini tanpa beban… Selain itu Nilai tukar rupiah yg melemah,seiring dengan naiknya sentimen pak prabowo untuk naik,itu sudah menjadi indikator bahwa tidak ada kepercayaan investor. Indonesia terpuruk krn pemerintah nya sendiri yg slama ini tidak mendukung industri lokal,dan tidak bisa memanfaatkan SDA kita scara penuh,dan slama ini pmerintah an itu ada di dalam koalisi Merah putih… Yaaa Marilah kita bersatu padu coblos no 2… Jdilah pemilih yg pintar teman2…

  20. Lambang MH says:

    Anda mungkin benar soal dana berlimpah yang digelontorkan oleh Hasyim adik Prabowo. Tetapi anda juga perlu tahu siapa taipan di belakang kubu Jokowi.

    Ini daftarnya:

    1. Sofjan Wanandi dan Apindo
    2. Rusdi Kirana dan karyawan Lion Air
    3. Sutrisno Bachir dan PAN
    4. Jacob Soetoyo, CSIS, dan jaringan internasional

    Anda tahu siapa Rusdi Kirana?

    Rusdi Kirana direktur Lion Air pernah menggemparkan dunia penerbangan karena membuat kontrak pembelian 234 pesawat Airbus senilai 24 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 230,4 triliun. Sebelumnya, pada tahun 2011, Rusdi Kirana juga mengejutkan dunia penerbangan dengan kontak pembelian 29 units 737-900 ER dan 201 unit 737 MAX senilai 22.4 milyar dolar AS atau setara dengan Rp 215 triliun. Banyak pihak yang mempertanyakan siapa yang berada di belakang Rusdi Kirana dan jaminan apa yang diberikan untuk mendukung kontrak tersebut, karena investasi total senilai 445.4 trilyun bukanlah jumlah yang main2.

    Kekayaan Hasyim tidak ada apa2nya dibanding Rusdi Kirana. Jadi kalau ada tuduhan Hasyim menggelontorkan dana “tidak terbatas”, tuduhan itu bisa dialihkan ke Rusdi Kirana. Dompet Sumbangan Jokowi yang 50 milyar lebih itu apa bisa dibuktikan benar2 berasal dari masyarakat? Dengan data hanya Nama dan Norek pengirim dana, apa bisa dilacak darimana dana itu mereka peroleh?

    Yang perlu kita nalar, kalau ada taipan mau menggelontorkan dana sedemikian besar, kira2 apa harapan mereka?

    Detail bisa dibaca di sini.
    www(dot)facebook(dot)com/lambang.mahardhika/posts/859729100721750